“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hinga kami beroleh hati yang bijaksana.” (Mazmur 90:12)
Sebuah kisah tentang seekor elang, ia menemukan makanannya yaitu bangkai seekor domba yang mati karena terjebak air yang membeku pada sungai di musim dingin. Bangkai domba itu merupakan makanan yang nikmat bagi si elang pada cuaca yang sangat dingin. Dengan lahapnya ia memakan bangkai tersebut, sesekali matanya melirik pada arus sungai yang merupakan jurang yang dalam. Mungkin ia berpikir, kalaupun lempengan es ini hanyut dan jatuh ke jurang, ia bisa terbang lebih tinggi, tak akan terlambat dan terjebak jatuh hancur ke dalam jurang. Maka dengan tenangnya ia makan.
Namun ada hal yang tak dipikirkan, karena ketika cengkeramnya mencengkram bangkai itu kuat-kuat, tampak ia membeku pada bangkai domba tersebut. Sehingga tiba-tiba, ketika bangkai itu sudah kian mendekat pada muara sungai yaitu jurang yang dalam, dan ketika ia tersadar hendak melepaskan cengkeramannya, maka sudah terlambat, ia tidak dapat melepaskan cengkeramannya karena jari-jari yang membeku dalam bangkai itu. Tak ayal lagi bukan saja bangkai itu jatuh ke jurang, tapi elang itupun ikut jatuh ke jurang, dan menemui ajalnya.
Kisah tersebut di atas sangat baik untuk kita renungkan, jangan kita merasa cerdik dan dapat mengontrol segala dosa atau perbuatan dosa kita. Karena kita tidak tahu waktu kesukaran besar ataupun waktu Tuhan dalam hidup ini kapan datangnya, jangan sampai karena kita lengah, dan tiba-tiba waktu itu datang menyergap, ternyata dosa telah menjerat kita dan kita tidak mampu melepaskan diri. Oleh karenanya marilah kita selalu meminta hati yang bijak dari Tuhan agar kita dapat menghitung hari-hari kita dengan baik, dan mengisinya dengan segala perkara-perkara yang memberkati.
Perlu diingat !
Kebanyakan anak-anak Tuhan yang percaya dan mengaku Yesus adalah Penebus dan Allah Penyelamat yang membawa manusia pada hidup yang kekal. Iya itu sungguh benar dan kudus ! namun kebanyakan anak-anak Tuhan menganggap Tuhan sebagai orangtua kandung, itu masih belum tepat ! seharusnya kita bukan lagi menganggap Tuhan sebagai orangtua kita melainkan menjiwai dan mendarahdagingkan Tuhan sebagai orangtua dalam hidup kita lewat kuasa Roh Kudus yang tinggal dan diam bertahta dalam hidup kita dalam kekudusanNya, Dia juga sebagai Allah di atas manusia, seluruh makhluk.
Bila kita sudah menjadikan Tuhan di atas segala-galanya maka Tuhan itu akan menjadi segala sesuatu dalam segala sesuatu dalam hidup kita. Tuhan memang sungguh baik !
Kebaikan Tuhan terkadang seringkali diabaikan oleh manusia, terkadang manusia itu adalah manja. Alasannya karena saya adalah anak kandung Tuhan Yesus. Jadi saya manja sudah wajar, karena saya buah hati Tuhan. Jadi orang tua saya di bumi memanjakan saya maka Tuhan yang maha baik dan maha kasih akan memanjakan saya.
Tuhan mau memanjakan kita namun bila kita tidak bisa mandiri dan masih berkeluh kesah dalam segala aspek kehidupan itu salah. Alasanya bahwa segala sesuatu Tuhan sudah sediaan, berkat sudah diberikan Tuhan atas kita bahkan lebih dari itu Tuhan berikan kelimpahan bahkan yan lebih dasyat lagi Tuhan telah rela mati di kayu salin untuk hidup kita.
Artinya segala sesuatu sudah sempurna dan sudah mulia dan sudah selesai dengan damai dan kasihNya di bumi.
Itu artinya kata Manja sudah bukan kebiasaan orang percaya dalam Kristus Tuhan.
"WAHAI SAUDARA SEIMAN, DIMANAPUN ANDA BERADA, ALANGKAH BAHAGIANYA BILA KITA SALING MENGUATKAN, SALING BERBAGI KASIH DAN SUKA, SALING MEMBERITAKAN FIRMAN DAN MEMBUAT DUNIA TERGONCANG OLEH ANAK-ANAK TUHAN"
"TUHAN YESUS MEMBERKATI"