Mysavior- Kalimat “ Manusia ” pada Perjanjian Lama sudah menjadi Bait Roh Kudus ‘ mungkin terdengar asing , tetapi kalau kita belajar kebenaran babtisan barulah kita mengerti bukan tidak mungkin kalau Adam sudah dibabtis Roh Kudus setelah penciptaan. Dibabtis disini maksudnya Adam ada dalam suatu keadaan yang berpotensi untuk dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah Bapa. Adam dimampukan untuk memiliki kedaulatan atas moralnya tanpa batas sesuai dengan moral Tuhan. Jadi maksud Roh Allah menuntun agar manusia tidak hidup menurut daging.
- Roh Kudus yang menuntun Adam menjadi sempurna agar menjadi corpus delicti guna mengalahkan Lusifer atau Iblis. Adam sudah dibabtis oleh Roh Kudus sejak semula artinya Adam dalam kondisi dimana Roh Kudus-bila dipatuhi- dapat membuat Adam mencapai kesucian Allah.
- Persoalnnya siapa yang membabtis Adam dengan Roh Kudus ? Tentu saja Tuhan Yesus, sebab Tuhan Yesuslah ( Firman) yang menciptakan manusia. Firman Tuhan tegas mengatakan bahwa :
“Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada satu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan”
- Kata tinggal ( Ibr. Dyin) seperti yang telah dijelaskan juga menunjuk pada pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan manusia yang menerima Tuhan Yesus di zaman Perjanjian Baru, agar orang percaya tidak hidup menurut daging, sebab orang hidup menurut daging bukanlah Anak Allah.
- Dalam zaman penggenapan, Pribadi yang sama yang membabtis Adam , juga membabtis orang percaya dalam Roh Kudus .
Untuk menunjukkan hal ini maka setelah Tuhan Yesus bangkit, Ia menghembusi murid-murid-Nya dan memberi Roh Kudus.
- Hal ini ditegaskan dalam Yohanes 1:12 bahwa mereka yang menerima-Nya diberi “ Kuasa” supaya menjadi anak-anak Allah. Kuasa dalam teks aslinya adalah exousia, kata ini lebih tepat diterjemahkan sebagai hak istimewa atau privilege , supaya menjadi anak-anak Allah. Orang percaya yang diberi hak istimewa untuk menjadi anak-anak Allah artinya berkeadaan seperti maksud tujuan Allah menciptakan Adam.
Kehidupan harus dengan kualitas ini (babtisan Roh Kudus ) tidak pernah dimiliki oleh tokoh-tokoh Perjanjian Lama sebab mereka tidak pernah dibabtis Roh Kudus seperti yang dialami oleh orang-orang yang percaya di zaman Perjanjian Baru. Kalau Roh Kudus atau Roh Allah hinggap atas mereka – di Perjanjia Lama biasannya hanya untuk maksud-maksud tertentu, seperti bernubuat atau memiliki kekuatan yang luar biasa seperti Simson. Mereka tidak lagi pernah menemukan kemuliaan Allah yang hilang.
Jadi dalam Perjanjian Lama tidak ada babtisan Roh Kudus yang membuat seseorang dikembalikan pada rancagan semula Allah atau memiliki kembali kemuliaan Allah yang telah hilang. Demikian babtisan Roh Kudus menjadi lebih bermakna kalau dikembalikan kepada fungis yang benar sesuai dengan maksud keselamatan diadakan. Kalau babtisan Roh Kudus disimpangkan untuk hal-hal yang tidak bertalian langsung dengan proses keselamatan atau hanya menekankan karunia-karunia-Nya yang tidak bertalian langung dengan pendewasaan karakter, maka akan terjadi penyimpangan bahkan penyesatan.
- Hendaknya orang percaya hanya memahami fungsi Roh Kudus seperti yang yang telah dikerjakan-Nya di Perjanjian Lama, yaitu memberi kemampuan bernubuat, memberi kuasa supernatural dan hal-hal lain yang berkenaan dengan tanda fisik. Kita harus memahami dengan benar cara keberadaan Allah melalui Roh-Nya pada zaman-zaman tertentu. Roh Kudus bagi orang percaya di Zaman Perjanjian Baru menjadi penolong untuk menyempurnakaan karakter seperti Tuhan Yesus ( berkualitas corpus delicti ). Hal ini sama dengan menggenapi rencana Allah membinasakan pekerjaan Iblis dengan mempercepat kedatangan-Nya, supaya sepak terjang Iblis bisa diakhiri total.
- Ini sudah masuk area spiritual, bukan hanya lagi menyangkut hal-hal duniawi. Dalam hal ini terus diingat bahwa cara keberadaan Allah dalam Perjanjian Lama berbeda dengan cara keberadaan Allah dalam Perjanjian Baru.
Tuhan Yesus Memberkati