Mysavior- Hidup dalam pengharapan adalah hidup yang mengenal siapa Allah yang
sebenarnya. Tidak ada harapan tanpa mengenal Allah dengan benar.
Pertama Kita harus sadar bahwa Perspektif Harapan adalah bentuk dari cara berpikir agar apa yang diinginkan terpenuhi. Setiap orang pasti memiliki keinginan atau beberapa keinginan. Orang miskin ingin kaya, orang kaya ingin lebih kaya. Anak ingin sepeda, bapak ingin mobil. Orang sakit ingin sembuh, orang yang sehat ingin umur panjang. Karyawan ingin naik gaji, pemilik perusahaan ingin gaji yang murah. Pendeta ingin jemaatnya baik, jemaat ingin pendetanya baik, dan sebagainya.
Memiliki keinginan (atau keinginan-keinginan) dan berharap agar keinginan (keinginan-keinginan) itu terpenuhi, bukanlah hal yang salah. Menjadi hal yang salah jika harapan kita hanya diletakkan atau didasarkan pada kepemilikan belaka. Artinya, kalau seseorang memiliki keinginan akan sesuatu, keinginan itu harus terpenuhi, maka boleh dikatakan,
bahwa harapannya terpenuhi.
Harapan yang hanya didasarkan atau diletakkan pada masalah kepemilikan belaka, akan membuat manusia yang memiliki harapan berada dalam bahaya kekecewaan, sakit hati, marah, kecewa, frustrasi, dan sebagainya, sebab tidak setiap keinginan (keinginan-keinginan) dapat terpenuhi. Sebab di dalam pemahaman iman kristen, harapan selalu diletakkan dalam kerangka ada "Sang penentu pemberi harapan, yaitu Allah.
Oleh sebab itu, di dalam iman Kristen, dalam membicarakan harapan lebih mengarahkan pembicaraan pada "Sang" pemberi harapan daripada membicarakan "kepemilikan" (tercapainya keinginän- keinginan yang ada di dalam harapan).
Oleh sebab itu, yang paling hakiki dari harapan (di dalam iman Kristen) adalah, bahwa orang tidak mengejar dan menuntut jaminan, tidak menetapkan sejumlah syarat untuk tercapainya harapan, tidak meminta jaminan atau tanggungan untuk tercapainya harapan, tetapi meletakkan ketaatannya kepada "Sang" pemberi harapan, yaitu Allah. Berbicara harapan adalah berbicara ketaatan kepada Allah. Ketika orang percaya memiliki harapan (keinginan-keinginan), ia tidak berkonsentrasi pada tercapainya keinginan-keinginan itu, tetapi ia mengkonsentrasikan dirinya pada ketaatannya terhadap Allah. Dia tidak cemas akan apapun hasilnya dari harapannya (keinginan-keinginannya), sebab dia percaya bahwa Allah akan memenuhi janji-janji-Nya dan akan memberikan yang terbaik menurut Allah dan bagi penerima janji Allah (yang memiliki harapan).
Kedua, Harapan yang kreatif yakni dengan menyerahkan seluruh harapan pada kehendak dan kebebasan Allah, maka orang-orang beriman terbebas dari godaan konkritisme (segala sesuatunya harus terjadi dan ada seperti yang diinginkan). Setiap orang percaya diajar dan belajar untuk menerima dan menghargai setiap apapun yang diberikan Allah kepadanya, walaupun tidak seperti yang diharapkan (diinginkannya). Setiap orang percaya diajardan belajar untuk mempertanggungjawabkan setiap pemberian Allah, walaupun tidak sama dengan apa yang diharapkannya (diinginkannya).
Setiap orang percaya diajar dan belajar untuk melihat dan menemukan kebesaran Tuhan dalam setiap pemberian Tuhan, walaupun tidak sama dengan yang diharapkan (diinginkannya). Setiap orang percaya diajar dan belajar untuk melihat dan menemukan dimensi-dimensi lain (dimensi ketuhanan) dari segala sesuatu yang diberikan Tuhan di dalam hidupnya, walaupun tidak sama dengan apa yang diharapkannya (diinginkannya)
Tuhan Yesus Memberkati Dan Mengasihi Anda Senantiasa