Menurut Para Teolog ! Memahami Rerelevansi Antara Masalah, Penderitaan, Kesulitan Dan Kehidupan Dalam Kehidupan Manusia

Mysavior-"Kadang kala hidup itu keras, sekeras baja. Hidup mempunyai masa suram dan menyiksa. Bagaikan air tetap mengalir di sungai, hidup juga mempunyai musim kemarau dan musim hujan. Seperti musim yang senantiasa berubah, hidup mempunyai kehangatan, musim panas yang menyegarkan dan kesejukan musim dingin yang menusuk. Tetapi kita berupaya bangkit kembali dari kecewa ke gembira dan mengubah penderitaan yang gelap gulita dan sunyi sepi menjadi jalan terang benderang menuju arah ketenangan jiwa." (Martin Luther King Jr.).

Setiap orang tidak ingin menderita, tidak ingin mengalami kesulitan, tidak ingin menghadapi masalah, tidak ingin memiliki persoalan, dalam hidup, dan kehidupannya. Tetapi setiap orang bisa mengalami penderitaan, bisa mengalami kesulitan, bisa menghadapi masalah, bisa memperoleh persoalan. Hanya orang mati saja yang tidak mungkin menghadapi masalah, persoalan, kesulitan, dan penderitaan. Masalah, persoalan, kesulitan, penderitaan adalah tanda adanya kehidupan, kehidupan di tengah-tengah dunia yang dikuasaiolehdosa. Jikademikian, masalah, penderitaan, kesulitan, persoalan seharusnya tidak boleh menjadi masalah, karena dunia ini dikuasai oleh dosa.

Mari kita renungkan pernyataan berikut ini :

1. Dr. Norman Vincent Peale, mengatakan, "Jika kita mengkajinya dengan teliti, masalah akan memberikan peluang bagi orang yang menghadapinya. Jika seseorang mampu menyesesaikan masalah-masalah yang ada di dalam hidup dan kehidupannya, makaiaakan mendapatkan sesuatu yang baikdan berharga untuk hidup dan kehidupannya. "

2. N.K. Bose (ahli antropologi India terkemuka) mengatakan, "Rahasia kehebatan Gandhi bukan terletak pada tiadanya kelemahan atau ke catatan insani, tetapi pada kegelisahan jiwa, usaha gigih yang tiada henti, dan semangat keterlibatannya dalam masalah-masalah kemanusiaan sedunia." Suka tidak suka, senang tidak senang, siapa tahu tidak siap, sanggup atau tidak sanggup, mau atau tidak mau, setiap orang akan menghadapi masalah, kesulitan, penderitaan, walaupun hal-hal seperti itu.memang tidak diharapkan.

Oleh sebab itu, hal yang terpenting bagi manusia dalam membicarakan tentang persoalan penderitaan adalah, bagaimana ia harus menghadapi dan memaknainya.


3. " (Rabai Joseph B. Soloveitchik, dalambukuBilli P.S. Lim, Berani Gagal, Jakarta: Pustaka Delapratasa, 1996, hal. 169-183) "Penderitaan datang untuk memuli akan manusia, membersihkan pikiran dan keangkuhan dan kepicikan, dan memperluas wawasan. Secara ringkas, tujuan penderitaan ialah untuk memperbaiki apa yang rusak pada kepribadian seseorang.


Makna penderitaan terletak pada peranannya untuk mendekatkan manusia kepadaTuhan. Mengajarkan kepadak ita membentuk kekuatan pada saat kita mengalami kelemahan. Mengajarkan keberanian, ketika kita merasa takut. Mengajarkan kita menjadi bijaksana, ketika segala sesuatu nampak tidak berpengharapan. Mengajarkan kepada kita apa yang perlu diraih dan apa yang perlu dilepaskan, ketika kita merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya.

Jangan berpikir buruk tentang penderitaan, kesulitan, masalah, persoalan. Biarkan penderitaan, kesulitan, masalah, persoalan berlalu, tetapi hadapi dengan bijaksana. Ada sebuah cerita yang patut untuk direnungkan bersama- sama

Alkisah, pada suatu masa ada seorang ibu yang sedang berduka dan terluka karena anak lelaki tunggalnya meninggal dunia. Dalam keibaannya, ia pergi bertanya kepada seorang dukun bijaksana untuk mengetahui apakah ada doa dan jampiman teraajaib yang dapat menghidupkan anak lelakinya kembali. 


Si dukun tidak menyuruh pulang atau bercakap-cakap dengannya, tetapi berkata, "Bawakan aku sebiji benih sawi dari rumah yang tidakpernah mengenal duka. Kita akan menggunakannya untuk melenyapkan duka hidupmu. "


Setelah mendengar arahan, si ibu bergegas mencari benih sawi ajaib. Mula-mula sampai ke sebuah rumah besar, mengetuk pintu, lalu bertanya, "Hamba sedang mencari sebuah rumah yang tidak pernah mengenal duka. Apakah ini rumah yang dimaksud? sekali bagi hamba."

Mereka menjawab, "Ibu datang ketempat yang salah." Lalu mereka menceritakan segala hal-hal tragis yang telah menimpa mereka.

Wanita itu lalu berpikir, "Siapakah yang lebih mampu membantu orang- orang yang tidak bernasib baik selain dari aku yang telah mengalami duka sendiri dan dapat memahami perasaan mereka?"

Kemudian ia singgah untuk menyenangkan serta menenangkan hati mereka dan berjalan lagi untuk mencari rumah yang tidak pernah mengenal duka. Meskipun begitu walau kemana ia pergi, baik di pondok reot ataupun ke istana, tidak ada satupun yang tidak mempunyai kisah sedih atau nasib malang. Akhirnya ia terbiasa mendengar kisah duka orang lain dan menyenangkan hati mereka sehingga lupa tentang usahanya mencari benih ajaib – tanpa menyadari bahwa ia telah melenyapkan duka dari hidupnya.

4. BilliP.S. Lim, Berani Gagal, Jakarta: Pustaka Delapratasa, 1996, hal. 169-183). '' dalam keberhasilan bukanlah sekedar diukur dari berapa banyak yang sudah didapatkan, diperoleh seseorang, tetapi didasarkan pada seberapa mampu seserang menghadapi kesulitan, kesukaran, tantangan yang menghadangnya, ketika ia ingin mencapai keberhasilan hidupnya.

Ombak laut dan angin rebut memungkinkan seorang pelaut menjadi pelaut yang sukses dan gagah berani. Layang-layang akan dapat terbang tinggi ketika ia berhadapan dan mau menghadapi (bukan mengikuti) angin yang kencang (bukanangin yang sepoi-sepoi). Selama hidup masih diberikan kepada kita dan kehidupan masih dapat kita jalani, kita akan menghadapi penderitaan, kesulitan, kesukaran, persoalan, masalah, dan sebagainya.

Orang yang mau dan mampu menghadapi persoalan, kesulitan, kesukaran, akan memiliki kualitas hidup yang berbeda, dibandingkan dengan orang-orang yang melarikan diri dari penderitaan, masalah, kesulitan hidup. Apa mungkin orang bisa melarikan diri? Brian Adam mengatakan, "Kesukaran adalah peluang untuk memperbaiki keadaan, merupakan batu loncatan ke pengalaman yang lebih besar dan lebih baik. Barang kali suatu hari nanti Anda akan bersyukur berkat kegagalan sementara dalam kondisi tenentu. Sebagai hukum alam, apabila sebuah pintu tenutup, pintu lain akan terbuka. Ini mestiya berlaku untuk memastikan keseimbangan dalam kehidupan."

Tuhan Yesus Memberkati

Meraih Harapan ( Benih ) Bukan Sekedar Hasil Tapi Ketahui Cara Merumuskannya Dan Cara Meraihnya.

Mysavior- Setiap kita, ketika kita merancang sebuah harapan, selalu memiliki kebimbangan terhadap hasilnya. Apakah harapan akan tercapai atau tidak. Apakah harapan akan sukses atau gagal.

Hal yang sangat manusiawi, jika manusia harap-harap cemas dengan apa yang diharapkannya. Tetapi yang harus disadari dan diyakini dengan baik adalah, bahwa perasaan takut gagal itu sendiri adalah salah satu faktor yang mendorong terjadinya kegagalan, yang dibuat oleh manusia itu sendiri.

Kegagalan mungkin saja terjadi dan bisa saja terjadi, tetapi berpikir tentang sebuah kegaga!an adalah menyiapkan kegagalan itu sendiri.

Mengapa kita tidak berpikir untuk berusaha mencapai kesuksesan sebuah harapan, walaupun kita bisa mengalami kegagalan, dari pada berpikir tentang kegagalan (jangan-jangan gaga!) sementara saya berharap tentang kesuksesan.

Janganlah bimbang terhadap hasil, janganlah memikirkan kegagalan. Yang harus kita lakukan adalah menjalankan semua proses dan tindakan untuk mencapai kesuksesan dengan sebaik-baiknya. Lakukanlah segala hal yang baik untuk mencapai harapan itu. Lakukanlah segala yang benar untuk mencapai harapan itu.

Bekalilah diri dengan banyak hal yang berguna untuk mencapai harapan itu. Hindarilah berbagai hal yang tidak berguna untuk mencapai harapan itu. Maka harapan itu akan kita dapatkan.

Kita juga harus betul-betul menyadari, bahwa manusia seringkali hanya memikirkan tentang hasilnya, tanpa mau menyadari, bahwa proses menjalankan sesuatu untuk memperoleh hasil itu sangatlah penting. Kita tidak pernah mau memikirkan, merencanakan, dan menjalankan proses mendapatkan hasil dari harapan-harapan kita dengan baik, tetapi kita bimbang dan ragu dengan hasilnya, akankah harapan mengalami kegagalan atau keberhasilan. Ada begitu banyak orang hanya memikirkan hasil dari harapan- harapannya, tanpa mau berusaha untuk memperhatikan bagaimana proses dan cara meraih harapan-harapannya. 


Ada sebuah pepatah yang cukup baik untuk kita renungkan bersama- sama, "Apabila sebuah kerikil jatuh ke air, segalanya berubah, permukaan air naik dan riak bergerak tanpa henti ke pantai dan ke daratan. Bagi setiap benih pasti ada hasilnya" (anonim). Pepatah ini memberikan pelajaran yang berharga kepada kita, bahwa seberapa banyak dan seberapa besar yang kita lakukan untuk mengusahakan tercapainya sebuah harapan, menentukan apa yang akan kita capai, dan dapatkan.


Memang, sebuah benih dan usaha untuk menanam benih, sebuah harapan dan usaha untuk mencapai harapan akan melahirkan sobuah hasil, Tapi hal lain yang harus kita ingat dan perhatikan pula adalah, bahwa hasil yang didapatkan dari sebuah benih'harapan dan usaha untuk meraihnya kadanqkala tidak selalu tumbuh, muncul, didapatkan tepat seperti waktu yang kita harapkan, Mungkin saja tetjadi, bahwa hasil dari sobuah benih/harapan dan usaha untuk mendapatkannya baru didapatkan pada waktu/masa yang akan datang, Mungkin terjadi, bahwa benitfharapan dan usaha untuk mendapatkannya tumbuh, menahasilkan sesuatu yang lebih cepat dan lebih besar dari yang diharapkannya. Adakalanya benih/harapan tidak tumbuh sebagaimana yang diharapkan.

"Sebab dan akibat, cara dan tujuan, benih dan buah, tak mungkin dipisahkan. Karena akibat bertnula dari sebab, tujuan memang tergantung pada caranya, dan buah lahir dari benihnya" (Emerson). Semakin kita merumuskan harapan dengan jelas (benih), dan kita mencapainya dengan cara yang benar, maka harapan itu bukanlah sekedar harapan, Harapan itu akan menjadi kenyataan, walaupun ada "kejutan-kejutan" baru yang mungkin bisa terjadi.


Tuhan Yesus Memberkati dan Mengasihi Anda Senantiasa

Penyebab YangMemungkinkanOrang Percaya Tidak Mampu Bertindak Dengan Baik Dalam Usahanya Untuk Mencapai Harapannya Dalam Tuhan

Mysavior- Apa yang dimengerti dengan harapan bukanlah hanya sekedar sesuatu "yang ideal" yang dicita-citakan seseorang. Harapan adalah sesuatu "yang ideal" yang harus diwujudnyatakan dalam tindakan. 
 
Maka ketika kita memiliki harapan, maka kita harus memiliki tindakan untuk mewujudnyatakannya Ketika kita akan bedindak, maka sebaiknya kita memikirkan beberapa pedimbangan, sebagai sesuatu yang menentukan, misalnya: apakah "yang ideal" itu sesuai dengan kehendak dan kebenaran Allah, apakah "yang idea/ itu membangun dan menumbuhkan hidupku menjadi semakin sempurna, apakah "yang ideal" itu memiliki pengaruh bagi orang-orang lain yang ada disekitarku.

Jika kita tidak merasa yakin, tentang sesuatu yang kita harapkan "yangideal", maka janganlah kita terburu-buru untuk bertindak. Jika resiko yang kita hadapi dan kita tanggung tidak sebanding dengan harapan yang kita inginkan, langanlah terburu-buru untuk melakukan sesuatu. Sebuah harapan tentang "yang ideal" selalu mempertimbangkan faktor negatif (kerugian) dan positif (keuntungan) dari harapan yang ingin dicapai tersebut.

Ada beberapa pertanyaan yang mungkin dapat dipakai sebagai pertimbangan dalambertindak mencapai sebuah harapan "yang ideal':

1. Apakah harapan 'Yang ideal" itu sesuai dengan kebenaran dan kehendak Tuhan?
2. Apakah harapan "yang ideal" itu memberikan pengaruh yang baik untuk hidupku?
3. Apakah harapan "yang ideal" itu memberikan pengaruh yang baik kepada banyak orang lain atau hanya segelintir orang?
4. Apakah harapan "yang ideal" itu akan menolong memecahkan masalah- masalah kita atau hanya sekedar melarikan diri dari masalah?
5. Berapa banyak efek negatif yang muncul, jika kita berusaha untuk mencapai harapan 'Yang ideal" itu?
6. Apakah kita bersedia menanggung semua resiko negatif yang muncul, ketika kita berusaha untuk mencapai harapan "yang ideal" itu?
7. Apakah kita betul-betul yakin dan meyakini kebenaran, kebaikan dari harapan "yang ideal" yang ingin kita capai?

Tindakan yang baik adalah tindakan yang benar-benar didasarkan pada pemahaman yang jelas tentang situasi dan kondisi yang dihadapi dan yang akan terjadi. Disamping beberapa hal yang telah disebutkan di atas, yang dapat dipakai manusia untuk memutuskan bertindak atau tidak bertindak dalam mencapai harapan idealnya, ada juga beberapa faktor yang memungkinkan manusia tidak mampu bertindak dengan baik dalam usahanya untuk mencapai harapannya (mencapai "yang ideal'), adalah:


1. Kecenderungan berpikir tidak baik terhadap dirinya sendiri dan menganggap diri sendiri sebagai orang yang tidak berdaya.

Bahwa diri ini kotor, bahwa diri ini berdosa, bahwa diri ini tidak berharga sama sekali, bahwa diri ini penuh dengan kesalahan, bahwa diri ini penuh dencan kejahatan, bahwa diri ini penuh dengan ke:emahan, bahwa diri ini penuh dengan kekurangan, bahwa diri ini penuh dengan keterbatasan, adalah kalimat-kalimat yang sering dipakai untuk mendukung ke!emahan dirinya.
2. Kecenderungan untuk membesar-besarkan masalah yang ada dan yang akan dihadapi.

3. Menganggap bahwa hidup itu selalu sudah pasti begini atau sudah pasti begitu.

Hidup dan kehidupan seolah dianggap sebagai harga mati, tidak ada tawaran atau menawar sedikit pun. Dalam menghadapi hidup dan kehidupan seolah-olah manusia tidak memiliki alternatif untuk boleh dan bisa memilih sesuatu. Orang sering mengucapkan kepasrahannya tentang kehidupan yang dianggap sudah pasti begini atau begitu dengan ungkapan, "sudah nasib begini, mau apa lagi. "
4. Selalu berpikir dan membayangkan apa yang buruk.

Sekian. Semoga Bermanfaat Bagi Anak Tuhan. Tuhan Yesus Memberkati.

Pengharapan Yang Ideal Versus Fantasi Dalam Kehidupan Spiritual

Mysavior- Pernahkah kamu membayangkan usaha yang dilakukan oleh August Dvorak dalam menciptakan susunan letak huruf-huruf dalam keyboard (computeratau mesin ketik), yang kita pakai sekarang ini? Pada mulanya, ia memulai dari sebuah "harapan", bahwa ia ingin agar manusia memiliki sebuah alat, yang memudahkannya untuk menulis. 


Yang dilakukan pertama kali adalah, meneliti seberapa sering sebuah huruf dalam abjad bahasa Inggris digunakan. Oleh karenanya, ia berusaha untuk menempatkan huruf (huruf-huruf) itu pada tempat yang mudah dijangkau.

August Dvorak memulai sesuatu dari nol, tetapi ia mengejar sesuatu itu sampai pada titik "yang ideal", karena ia memiliki pengharapan atas kehidupan umat manusia.

Hidup dalam pengharapan adalah hidup dalam usaha untuk mencapai apa yang ideal". Mungkinkah? Kenapa tidak? Satu hal yang harus dipahami, bahwa hidup dalam apa "yang ideal" adalah hidup dalam sebuah atau suatu "pengharapan". Memulai dari titik "yang ideal" bukan berarti bahwa kita akan betul-betul dapat mencapai apa "yang ideal" itu, sebab apa "yang ideal" adalah sebuah proses pencapaian sebuah hasil yang tidak akan pernah berhenti, sampai manusia mencapai batas akhir dalam kehidupannya di dalam dunia, yaitu kematian. Apa "yang ideal" menjadi penting bagi manusia, sebab dengan itu "yang ideal" manusia dapat ditolong dan didorong untuk menjalankan hidup dan kehidupannya dengan semakin baik, semakin benar, semakin bertanggung jawab, semakin menuju harapan yang dicita-citakannya.

Dengan apa "yang ideal" manusia didorong dan ditolong untuk memiliki pengharapan hidup dan kehidupanya.

Menciptakan sesuatu "yang ideal" tidak sama dengan menciptakan sebuah fantasi. Apa "yang ideal" adalah sesuatu yang ingin dicapai, yang didasarkan pada berbagai macam pertimbangan yang rasional (masuk akal).

Apa "yang ideal" selalu memiliki keterbatasan, yang menjelaskan tentang "apa yang mungkin atau tidak mungkin dan apa yang dapat atau tidak dapat dicapai oleh seseorang." Sedangkan fantasi, sifatnya cenderung sangat tidak terbatas, dan sulit untuk dicapai, karena keterbatasan-keterbatasan manusia.

Kadangkala, fantasi hanya menjadi sebuah mimpi yang terlalu tinggi untuk dicapai. Contoh, "aku ingin bisa terbang sepefti burung rajawali." Ini sebuah fantasi. Berbeda dengan, "aku ingin menciptakan sesuatu (alat), yang membuat aku bisa terbang tinggi seperti burung rajawali." Ini yang disebut sebagai sesuatu "yang ideal". Sebab di dalamnya ada harapan yang mungkin atau dapat tercapai, ada harapan yang masuk akal, walaupun manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan. Dan kenyataannya, apa "yang ideal" itu sudah terbukti dapat dicapai oleh manusia. Manusia dapat terbang tinggi dengan alat ciptaannya, bukan dirinya sendiri terbang tinggi.

Sesuatu "yang ideal" akan dapat menolong kita untuk tidak tersesat dalam perjalanan. Sesuatu "yang ideal" akan memberikan arah pada perjalanan hidup kita. Sesuatu "yang ideal" akan menolong seseorang menghadapi berbagai rintangan dalam hidup dan kehidupannya.


Coba bedakan, mana yang disebut sebagai "yang ideal" dan yang fantasi", berikan alasanmu:

1. Menghapuskan hukum tertulis yang melarang orang merokok di tempat pengisian bahan bakar minyak (BBM).
2. Membuat peraturan, bahwa anak sekolah harus masuk sekolah pukul
3. Melarang anak sekolah merokok di lingkungan sekolah.
4. Melarang Kepala Sekolah untuk memimpin sekolah,
5. Menganjurkan guru untuk merokok di dalam kelas.
6. Menganjurkan siswa untuk berpacaran di dalam kelas.

Apa "yang ideal" belum tentu menjadi sesuatu yang memuaskan dan menjadi tujuan akhir dalam kehidupan manusia. Misalnya, ketika seseorang mengharapkan mendapatkan kekayaan sebagai sesuatu "yang ideal", dan ternyata kekayaan itu tidak memberi mereka kebahagiaan, maka orang akan mengalami kekecewaan dalam hidupnya. Artinya, apa "yang ideal" ternyata tidak selalu (bisa) menjadi tujuan akhir perjalanan hidup manusia.

Apa "yang ideal" (mendapatkan kekayaan) itu ternyata mendorong manusia untuk memikirkan dan mengejar tentang apa "yang ideal" lainnya. Apa "yang ideal selalu menjadi sesuatu yang tidak pernah berhenti pada satu tempat, satu keadaan, satu suasana, satu situasi, satu kondisi tertentu. Apa "yang ideal" menolong dan mendorong seseorang untuk mencapai apa "yang ideal" selanjutnya atau berikutnya. Oleh sebab itu, hidup dalam harapan adalah hidup yang selalu mencari apa "yang ideal" secara terus-menerus. Hidup yang tidak hanya puas pada satu kondisi, satu keadaan, satu situasi, satu suasana, tertentu saja, tetapi hidup yang selalu mencari hal-hal yang lain, hal-hal yang baru.

Tuhan Yesus Memberkati Dan Mengasihi Anda Selamanya

Untuk Remaja ! Ada 7 Perwujudan Iman Dan Pengharapan Dalam Tuhan Perlu Direspon Sejak Dini

Mysavior-Membicarakan remaja adalah membicarakan perkeinbangan kehidupan dan kepribadian manusia secara khusus. Masa remaja adalah masa pertumbuhan atau perkembangan khusus. Masa remaja adalah sebuah masa, dimana seseorang sedang berada dalam masa peralihan, yaitu masa perkembangan dari seorang anak menuju kepada seorang dewasa. Remaja adalah kelompok yang bukan anak tetapi belum dewasa.


1. Dari Sisi umur, masa remaja adalah masa antara 12-16 tahun, atau bahkan ada yang membaginya dari 12-21 tahun.
2. Secara fisik, mereka mengalami peftambahan berat badan dan tinggi badan yang lebih cepat dibandingkan pada masa anak-anak.
3. Dari Sisi seksualitas, terjadinya pertumbuhan hormonal, yang mempengaruhi proses perkembangan karakteristik kelamin primer dan karakteristik kelamin sekunder. Disebut karakteristik kelamin primer karena berhubungan dengan organ badan yang langsung berhubungan dengan alat-alat persetubuhan dan proses produksi.
Misalnya:

a. Untuk remaja laki-laki akan mengalami pengeluaran sperma dan menegangnya alat kelamin pada saat-saat tertentu.
b. Untuk remaja wanita, akan mengalami loncatan sel telur (ovulasi), menstruasi.

Disebut karakteristik ke/amin sekunder, karena tidak langsung berhubungan dengan alat persetubuhan dan proses produksi. Misalnya:

a. Tubuh menjadi lebih jantan, terutama bertambah lebarnya bagian bahu.
b. Suara menjadi lebih besar.
c. Tumbuh rambut: kumis, janggut, rambut pada kaki, ketiak, dan alat kemaluan.


Sedangkan pada wanita, secara khusus akan terbentuk bentuk-bentuk tubuh yang sesuai dengan ciri khas kewanitaan, terutama pada paha, pantat, lengan atas, dan dada.


4. Dari Sisi intelektualitas, dalam usia remaja mulai berkembang kemampuannya untuk menangkap arti fundamental (dasar) suatu objek. Seorang remaja tidak akan puas dengan hanya melihat sesuatu dari Sisi luarnya saja, atau melakukan sesuatu tanpa alasan yang jelas. Mencari-cari alasan, mencari-cari sebab-akibat, mencari arti/makna sesuatu, mencari-cari tujuan atau fungsi sesuatu adalah kecenderungan intelektualitas remaja. Remaja mulai mampu mempertanyakan arti keadilan, kebenaran, makna hidup,
sehingga timbul keraguan tentang adanya Tuhan, adanya diri sendiri, adanya segala sesuatu. Remaja mulai mampu berpikir abstrak.


5. Dari Sisi emosionalitas, dalam usia remaja seringkali muncul konflik- konflik batin dan kekaburan identitas. Perasaan belum matang dan belum mapan membawa mereka ke dalam kegelisahan-kegelisahan. Timbul rasa tertekan, kesal, ingin marah, mudah tersinggung, canggung dalam pergaulan. Semua itu terjadi, karena remaja ada dalam masa transisi. Remaja ada di antara 2 kutub, yaitu kutub masa anak-anak yang akan segera ditinggalkannya dan kutub masa dewasa yang segera akan dimasukinya.

6. Dari Sisi sosialitas, lingkup interaksi remaja yang semula hanya terbatas dalam hubungannya dengan orang tuadan keluarga, mereka mulai mengembangkan hubungan sosialnya dengan tetangga dan teman-teman sekolahnya. Lingkup pergaulan remaja mulai semakin meningkat dan bertambah luas. Ciri khas mereka adalah, mulai tertarik dengan lawan jenis. Perasaan cinta mulai tumbuh dengan subur. Walaupun penuh dengan pergumulan, penuh dengan gejotak, penuh dengan tantangan, karena mereka ada di dalam masa kritis, mereka tidak boleh putus asa menghadapi persoalan-persoalan mereka. Justru karena mereka diperhadapkan dengan berbagai pilihan, persoalan, pertanyaan, mereka harus kreatif menentukan sikapnya. 

Mereka harus berani mengambil sikap dan tindakan yang benar dan bertanggung jawab atas pilihannya, walaupun kadangkala bertentangan dengan kenyataan yang ada. Mereka harus memiliki råsa optimis, bahwa apa yang telah dipilihnya atau telah diputuskannya adalah apa yang terbaik untuk dirinya, setelah mempertimbangkan pilihannya itu dari berbagai sisi. Optimis, bahwa pilihannya adalah pilihan yang akan memberikan masa depan hidup yang baik. Optimis, karena pilihannya adalah pilihan yang membuktikan kedewasaan dan kematangannya dalam berpikir, bersikap, dan bertindak dalam iman dan pengharapan.

7. Dari Sisi religiositas, masa remaja mulai menanyakan secara kritis adanya Tuhan. Apakah Tuhan itu ada? Bila ada mana buktinya? Mengapa Tuhan membiarkan kejahatan dan penderitaan, jika la Mahakuasa Mahacinta, dan Mahaadil? Remaja selalu menginginkan alasan-alasan yang masuk akal atas semua hal yang ditanyakannya. Menyadari keberadaannya itu, seorang remaja sangat membutuhkan iman dan pengharapan. Membutuhkan iman, karena masa pertumbuhan yang sedang dijalaninya membutuhkan landasan yang kokoh, supaya terbentuk kepribadian yang matang dan dewasa. Membutuhkan pengharapan, karena remaja perlu diyakinkan, bahwa bersama dengan Tuhan dan di dalam iman yang benar, mereka akan sanggup mencapai tingkat kepribadian yang matang dan dewasa.

Bagi Para Pelajar ! Tindakan Mewujudkan Iman Dan Pengharapan Dalam Tuhan

Mysavior- Cara hidup orang tua dengan anak-anak yaitu yang masih menuntun ilmu di meja belajar berbeda. Cara hidup dan tujuan hidup mereka masih tergantung kepada orangtua mereka, terkecuali sudah berkeluarga.


Tugas dan tanggung jawab seorang pclajar adalah belajar. Apa yang dimaksudkan dengan belajar adalah usaha manusia untuk memperoleh kepandaian (ilmu, pengetahuan, pengalaman, dan sebagainya) dengan cara melatih diri. Belajar adalah usaha manusia untuk menjadikan dirinya menjadi semakin baik, menjadikan dirinya semakin bertumbuh, menjadikan dirinya menjadi semakin maju dan berkembang. Apa yang dilatih, supaya menjadi semakin baik?

Latihlah tubuhmu, "Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak" (l Korintus 9:27). Bagi orang percaya, latihan tubuh bukan sekedar dilakukan untuk membuat tubuh itu sehat. Latihan tubuh dikaitkan dengan sikap dan tindakan iman seseorang, karena tubuh ini milikAllah.


Latihan tubuh dikaitkan dengan tugas dan tanggung jawab orang percaya untuk memberitakan Injil Allah.

Bagaimana mungkin orang percaya dapat memberitakan Injil dengan baik, tanpa tubuh yang sehat?

Latihan tubuh diletakkan dalam kerangka iman kepada Allah (bahwa aku harus merawat tubuhku dengan baik karena aku harus memberitakan Injil), dan dilakukan dalam rangka pengharapan, agar orang percaya kepada Injil yang kuberitakan.

Sebab dengan tubuh yang terlatih, dengan tubuh yang sehat seseorang memiliki kekuatan untuk memberitakan Injil dengan baik, dibandingkan dengan pemberitaan Injil yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak memelihara, merawat tubuhnya dengan baik. Melatih tubuh, memelihara tubuh, merawat tubuh dengan baik, adalah sikap iman yang benar, di dalam mempertanggungjawabkan keselamatan yang telah diberikan Allah kepada seseorang, dengannya seseorang memiliki kesiapan untuk memberitakan Injil.

Latihlah dirimu beribadah, "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang" (l Timotius 4:8). Latihan badani; sebagai ungkapan sikap iman yang benar, harus dilengkapi dengan melatih diri dalam ibadah. Ibadah adalah ungkapan iman seseorang, untuk selalu berusaha dekat dan semakin dekat (percaya) dengan Allah.

Latihan ibadah yang terus-menerus dilakukan dengan baik, memberikan jaminan hidup dan kehidupan orang percaya pada masa sekarang dan memberikan harapan dan pengharapan kepada orang-orang percaya akan masa depan hidupnya.


Belajar adalah sikap iman kepada Allah, sebab dengan belajar, manusia memiliki kesempatan untuk semakin dekat kepada Allah, manusia semakin percaya kepada Allah, karena manusia memiliki kesempatan untuk berlatih dan dilatih dengan dan di dalam kebenaran-kebenaran Allah. Belajar juga memberikan pengharapan bagi orang percaya, karena dengan belajar, orang percaya memiliki jaminan hidup di sini dan hidup yang akan datang. 

Dengan belajar, orang percaya memiliki pengharapan untuk semakin dekat kepada Allah dan semakin disempurnakan Allah. "Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindra yang ter/atih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat" (Ibrani 5:14). Wujud iman dan Pengharapan seorang pelajar adalah terus belajar, terus melatih tubuh dan ibadahnya.

Tuhan Yesus Memberkati Dan Mengasihi Anda Senantiasa

Ada 3 Hal Utama Yang Memungkinkan Manusia Memiliki Harapan Terhadap Kasih Allah

Mysavior- Berharapa kepada Tuhan itu merupakan kewajiban kita. Namun terkadang pengharapan yang kita lakukan tidak seirama dengan kehendak Bapa. Mengapa demikian karena kita tidak memenuhi minimal 3 hal utama berikut ini.


Kasih kepada Allah, yang memungkinkan manusia memiliki harapan, mengharuskan manusia memiliki hal-hal yang utama, yaitu:
1. Mengendalikan diri, kasih yang secara total memberikan dirinya kepada apa atau siapa yang dikasihinya.
2. Mempertahankan diri, kasih yang rela menahan segala godaan yang mengganggu kehidupannya, demi Allah.
3. Memberikan kesetiaan dan kebijaksanaan, kasih yang mampu membedakan antara apa yang dapat membantu manusia berjalan menuju kepada Allah dan apa yang dapat merintangi manusia berjalan menuju kepada Allah. 

Manusia harus mampu membedakan apa yang harus dibutuhkannya dan apa yang harus dihindarinya.

Manusia harus mampu membedakan apa yang berasal dari Allah dan apa yang berasal
dari dunia. 1 Yohanes 2:16-17 mengingatkan kepada kita, "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukan/ah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-amanya."

Kalau begitu, apakah kita tidak boleh menikmati segala sesuatu yang ada di dalam dunia? Tidak juga! Ayat itu hendak menjelaskan pemahaman seperti ini, bahwa apapun yang ada di dalam dunia (yang memang diperbolehkan oleh Allah) boleh saja dinikmati oleh manusia, tetapi jangan sampai hal-hal yang ada di dalam dunia itu menguasai manusia, sehingga manusia meninggalkan Sang Pemilik segala sesuatu yang ada di dalam dunia. 


Karena manusia ingin menikmati dan memiliki segala sesuatu yang ada di dalam dunia, manusia melupakan Sang Pencipta. Roma 1:25 memberikan nasehat yang cukup jelas kepada kita, "Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin "

Kita boleh memiliki keinginan apapun. Kita boleh memiliki pengharapan apapun. Kita boleh meraih apapun yang terbaik di dalam dunia ini. Tapi ingat, jangan melupakan Allah, dalam meraih harapan, keinginan itu.

Tuhan Yesus Memberkati Dan Mengasihi Anda Senantiasa.

Perbedaan Dan Relasi Antara Iman dan Pengharapan Perlu Orang Percaya Ketahui

Mysavior- Banyak orang berkata bahwa Iman itu adalah percaya pada sesuatu yang tidak bisa kita lihat. Namun berharap juga memiliki makna serupa secara general yaitu berharap pada situasi yang tidak bisa dilihat dan kemungkinan bisa terjadi atau tidak. 


Secara mendalam akan dijelaskan pada sesi ini mengenai kedua item tersebut.

Iman dan pengharapan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan begitu saja. Sebab iman (percaya, to trust) harus selalu disertai dengan menaruh pengharapan (mempercayakan, to believe) kepada sesuatu yang diimani.

Sedangkan pengharapan (mempercayakan diri) dapat dilakukan jika seseorang memiliki iman (kepercayaan) kepada sesuatu. Pengharapan harus didasarkan kepada sesuatu yang dipercayai. Iman menolong orang percaya untuk memiliki pengharapan. Sedangkan pengharapan menolong orang percaya untuk semakin beriman.

Iman yang penuh pengharapan, mampu melihat segala sesuatu melampaui penglihatan dunia. Bagi orang beriman, ketika ia melihat kenyataan dunia dengan segala macam persoalannya; adanya gempa bumi yang menghancurkan, adanya kejahatan yang menyakitkan, adanya terorisme di mana-mana; tidak dapat memberikan alasan dan tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak berpengharapan. 

Dengan iman, orang percaya dimampukan untuk melihat kenyataan dunia dengan cara pandang dan hasil pandang yang berbeda (memi/iki harapan) walaupun dunia penuh dengan persoalan. Sebab segala macam persoalan dunia tidak akan menghapuskan dan menghancurkan tujuan Allah terhadap dunia. "Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-ma/aikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makh/uk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita"

(Roma 8:38-39).
Iman yang disertai dengan pengharapan, pengharapan yang didasarkan pada iman:


1. Memberikan kekuatan kepada kita, bahwa Allah bekerja dan tetap bekerja.
2. Memberikan keyakinan kepada kita, bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya.
3. Memberikan keyakinan kepada kita, bahwa hidup itu selalu ada di dalam kendali Allah.
4. Memberikan keyakinan kepada kita, bahwa dalam kendali Allah, segala sesuatu akan baik adanya.
5. Memberikan keyakinan kepada kita, untuk semakin percaya dan mempercayakan diri kepada Allah.

Berbicara tentang hubungan iman dan pengharapan adalah berbicara tentang hubungan antara keinginan-keinginan manusia dan sikap, tindakan manusia kepada Allah, serta bagaimana manusia memperhatikan hal-hal yang utama di dalam kehidupannya.

Hidup dalam pengharapan adalah hidup dalam usaha untuk mendapatkan, meraih, memiliki apa yang paling baik. "Apa yang paling baik adalah sesuatu yang lebih dari apa yang sebelumnya sudah ada, apa yang sebelumnya sudah dimiliki.

Misalnya, kalau kita dapat nilai 5 (lima), maka hidup dalam pengharapan adalah meraih dan mencapai nilai 6, atau 7, atau 8, atau 9, dan sebagainya. Kalau saya mempunyai 3 orang teman, maka hidup dalam pengharapan adalah meraih dan mencapai 4, atau 5, atau 6, atau 7, atau.... , dan sebagainya. Kalau saya memiliki 5 orang musuh, maka hidup dalam pengharapan adalah mengurangi musuh menjadi 4, kemudian 3, kemudian 2, kemudian 1, kemudian 0, kemudian menambah teman 1 lagi, lalu lagi lalu 4 lagi, lalu 5 lagi, dan seterusnya. Dengan berkurangnya musuh, maka bertambah pulalah teman. ltulah hidup dalam pengharapan.

Apakah mungkin manusia bisa menjalankan harapan dan pengharapannya seperti itu? Jika kita mengingat Roma 8:28, maka harapan dan pengharapan sepefti itu bukanlah hal yang mustahil bagi manusia, "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagj mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." Artinya, di dalam hubungan dan kasih kepada Allah, manusia akan sanggup memiliki pengharapan dan meraih harapan-harapannya. Di dalam Allah, manusia dimampukan untuk terus menerus mencapai dan meraih apa yang semakin baik dalam hidupnya dan bagi hidupnya, karena Allah mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi-Nya.

Bagi orang yang mengasihi Allah, maka apa yang dipikirkan dan direncanakan adalah segala sesuatu yang baik. Bagi orang yang mengasihi Allah, maka apa yang diharapkan adalah segala sesuatu yang baik. Bagi orang yang mengasihi Allah, apa yang ingin didatangkan adalah segala sesuatu yang baik. Dengan demikian, jika manusia semakin menjauhkan dirinya dari Allah, pada dasarnya manusia menjauhkan diri dari harapan-harapannya. Dengan menjauhkan diri dari Allah, manusia semakin menjelaskan kebodohannya dan kemalangannya. Karena manusia menjauhkan diri dari Allah, yang adalah sumber kebaikan dan yang mampu memberikan kebaikan kepada manusia.

Tidak ada kemampuan bagi manusia untuk merancang dan meraih apa yang baik dan semakin baik, karena kebaikan yang berasal dari Allah tidak ada pada dirinya.

Tuhan Yesus Memberkati dan Mengasihi Anda Senantiasa.